MALAM SASTRA CIKINI SPESIAL UNTUK W.S RENDRA

/
0 Comments
Aku bertanya, 
Tetapi pertanyaan-pertanyaanku 
membentur jidat penyair-penyair salon
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
sementara ketidakadilan terjadi disampingnya 
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
termangu-mangu dikaki dewi kesenian    ---
Diatas adalah petikan dari puisi W.S Rendra yang berjudul " Sebatang Lisong " puisi ini selalu berhasil bikin flashback ke zaman waktu sekolah, menjadi seorang pembaca puisi. -Ya, sejak tamat sekolah dasar dan menginjak kelas tujuh SMP saya sudah mulai membaca puisi, awalnya hanya iseng ditunjuk oleh salah satu guru mewakili sekolah sampai akhirnya benar-benar dilatih karena masuk ke tingkat pelombaan kabupaten.

Seorang pembaca puisi atau seorang deklamator adalah orang yang aneh, benar saja. dulu saya sampai bertapa ditengah-tengah lapangan sekolah, sendirian demi berlatih konsentrasi dan mendapatkan feel cerita pada puisi, siswa-siswa yang lain memandang saya aneh, tertawa dan menangis sendirian ditengah lapangan hanya ditemani oleh seorang guru yang terus mengajari bagaimana jiwa puisi itu didapatkan.

SMK pun demikian, saya tetap membaca puisi pada kesempatan-kesempatan tertentu sampai akhirnya saya vakum ketika menginjak kelas 12 karena harus konsentrasi ujian nasional, sampai hari ini, sudah sekitar enam tahun saya tidak membaca puisi didepan khalayak ramai, ketika rindu kepada puisi sesekali saya mencoba menulis atau menghadiri event-event pembacaan puisi, demi menemukan kembali rumah dan jiwa-jiwa pada puisi.

seperti yang terjadi sabtu malam lalu, 25 November 2016 saya datang ke Taman Ismail Marzuki untuk menyaksikan malam sastra cikini yang sebenarnya rutin dilaksanakan hampir setiap bulan, tema yang diusung malam itu adalah untuk W.S Rendra.

Saya sampai di TIM sekitar pukul 21.00, padahal saya  berangkat sekitar pukul 19.18 semua itu karena abang gojek yang nyasar-nyasar :(, padahal jarak antara Kost dan TIM termasuk dekat. Ketika saya sampa sudah banyak penampil disana, saya bertemu dengan teman baru bernama Ummi Raisha, sepertinya beliau adalah seorang guru yang datang dari Bekasi untuk turut memeriahkan malam sastra cikini.

Duduk diantara penikmat sastra terutama puisi selalu menjadi bagian romantis dalam hidup saya, merasa nyaman dan merasakan ketentraman hati selalu saya rasakan pada acara-acara pembacaan puisi, bulu kuduk yang merinding, tertawa, sedih bukan hanya bagian dari menonton film pun menyaksikan pertunjukan puisi. Saya selalu bersyukur bisa memiliki kesempatan menyaksikan pertunjukan-pertunjukan seperti itu, walaupun dalam hati paling dalam terselip keinginan untuk ikut membacakan puisi diatas panggung puisi.

Disaat kami sedang asyik menyaksikan pertunjukan puisi, dari sisi kanan panggung terjadi kegaduhan ternyata malam sastra cikini hari itu kedatangan politisi yang tengah menyalonkan diri menjadi gubernur DKI saat ini, beliau adalah Bapak Anies Baswedan, MC selaku pembawa acara pun tidak luput dari aksinya melakukan sesi foto bersama Pak Anies.

Selain itu, kenapa malam sastra cikini edisi W.S Rendra kali ini begitu istimewa adalah karena adanya penampilan dari penyair kenamaan Jose Rizal Manua, saya terkagum-kagum menyaksikan aksi beliau diatas panggung, luar biasa. pokoknya saya kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan penampilan beliau yang mampu mengubah lokasi malam sastra cikini menjadi begitu historis, merinding, nasionalis dan aaaaahhhh ruarrrrrrrrrr biasa.

sekitar pukul setengah sebelas saya memutuskan untuk pulang ke kost, walaupun sebenarnya masih sangat betah menyaksikan pertunjukan puisi, tapi keesokan harinya saya harus bergegas mengikuti kaderisasi LPM Sukma, jadi markipul ( mari kita pulang ).

dan semoga bisa menghadiri event-event malam sastra cikini selanjutnya, aamiin.














You may also like

No comments: