Perkara Meniqa

/
0 Comments
Perkara meniqa, haruskah selalu aku mencintaimu dan kamu mencintaiku ? apakah cinta menjamin semua kehidupan berjalan mulus ? 

(Juni, 2018)
Gamang sekali rasanya harus mulai menjalani usia ke-23 ini. Bukan karena aku tak percaya diri, saat sisi lain kehidupan memberiku begitu banyak pe-er yang harus kukerjakan, satu sisinya lagi memperingatkanku bahwa aku sudah mulai dewasa dan menua, itu artinya aku perlu meniqa. halaaah aku ingin tertawa sekaligus menangis menikmatinya. 

Lebaran idul fitri kemarin, yang 5 hari menjelang ulang tahunku itu, aku banyak sekali menerima undangan pernikahan. tidak apa, aku memang sudah menyiapkan mental sejak jauh-jauh hari, sebelum pulang ke kampung halaman, aku hanya banyak tersenyum dan meminta do'a, perihal meniqa nanti semua akan mendapat gilirannya.

Kamu tidak usah berandai-andai jadi aku, menerka-nerka kenapa betah berlama-lama sendiri, jangan !!!!
kamu tidak akan tahu, aku tidak tahu, bagaimana memulai hubungan yang baru, bagaimana rasanya jatuh cinta, aku lupa.

Tapi, aku juga sama, aku ingin seperti mereka yang meniqa lalu bahagia, tapi nyatanya pernikahan tidaklah sedatar itu, perjalanannya terlalu rumit.

Novi temanku, berkunjung ketika aku dirumah seusai lebaran, ia menceritakan betapa kehidupan seusai pernikahan tidak pernah tergambarkan dalam benaknya sebelumnya, perbedaan satu, perbedaan dua, dan perbedaan lainnya datang bertubi-tubi silih berganti.

Ia menceritakan bahwa kehidupan setelah meniqa lebih membutuhkan kekuatan mental, kesabaran, dan kedewasaan. meniqa terburu-buru tanpa persiapan mental dan materi yang matang tidaklah dibenarkan, aku jadi berfikir, maka tidak selalu yang bisa meniqa dan pamer foto niqa yang bahagia itu setelahnya akan selalu bahagia, ya toh, tapi jika mental dan materi cukup kehidupan setelahnya-pun tidak akan terlalu begitu sulit.








You may also like

No comments: